GURINDAM 12 KARYA RAJA ALI HAJI

Kamis, 15 November 2012


GURINDAM 12 KARYA RAJA ALI HAJI

Gurindam merupakan salah satu jenis puisi lama, disamping mantra, pantun, talibun, seloka, dan sejenisnya. Gurindam berasal dari India yang digunakan sebagai media penyampai curahan hati.
Ada sebuah karya Gurindam yang terkenal dalam sejarah sastra Melayu, yaitu Gurindam 12 karya Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad (Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, (1808-1873) .

Ciri-ciri gurindam adalah :
a. terdiri atas 2 baris,
b. bersajak a-a,
c. memiliki hubungan kausalitas antara baris pertama menuju baris kedua,
d. biasanya berisi ajaran agama, tatakrama, perilaku beragama, bernegara, dan bermasyarakat.

Karena banyak isi gurindam yang berhubungan dengan ajaran agama Islam, khususnya dari Quran dan Hadits maka Gurindam 12 sering disebut sebagai "Hadits Melayu".
Berikut ini kutipan keduabelas pasar dari Gurindam 12 karya Raja Ali Haji.

Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam serta shalawatnya Nabi yang akhirul jaman serta keluarganya dan sahabatnya sekalian adanya. Amma ba’du daripada itu maka tatkala sampailah Hijratun Nabi 1263 Sanah kepada dua puluh tiga hari bulan Rajab hari Selasa mana telah ta’ali kepada kita yaitu Raja Ali Haji mengarang satu gurindam cara Melayu yaitu yang boleh juga jadi diambil faedah sedikit-sedikit daripada perkataannya itu pada orang yang ada menaruh akal maka adalah banyaknya gurindam itu hanya duabelas pasal di dalamnya.
Syahdan

Adalah beda antara gurindam dengan syair itu aku nyatakan pula bermula arti syair Melayu itu perkataan yang bersajak yang serupa dua berpasang pada akhirnya dan tiada berkehendak pada sempurna perkataan pada satu-satu pasangnya bersalahan dengan gurindam. Adapun arti gurindam itu yaitu perkataan yang bersajak juga pada akhir pasangannya tetapi sempurna perkataannya dengan satu pasangannya sahaja jadilah seperti sajak yang pertama itu syarat dan sajak yang kedua itu jadi seperti jawab.
Jikalau ingin tahu isi Gurindam 12 ini, simaklah karya maha agung dari tuanku Raja Ali Haji, dibawah ini.

Pasal Pertama (1) Gurindam 12
Barang siapa tiada memegang agama, Sekali-kali tiada boleh dibilang nama
Barang siapa mengenal yang empat, Maka yaitulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah, Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri, Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
Barang siapa mengenal dunia, Tahulah ia barang yang terpedaya
Barang siapa mengenal akhirat, Tahulah ia dunia mudharat

Pasal Kedua (2) Gurindam 12
Barang siapa mengenal yang tersebut, Tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang, Seperti rumah tiada bertiang
Barang siapa meninggalkan puasa, Tidaklah mendapat dua termasa
Barang siapa meninggalkan zakat, Tiadalah hartanya beroleh berkat
Barang siapa meninggalkan haji, Tiadalah ia menyempurnakan janji


Pasal Ketiga (3) Gurindam 12
Apabila terpelihara mata, Sedikitlah cita-cita
Apabila terpelihara kuping, Khabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah, Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan, Daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh, Keluarlah fi’il yang tidak senonoh
Anggota tengah hendaklah ingat, Di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki, Daripada berjalan yang membawa rugi


Pasal keempat (4) Gurindam 12
Hati itu kerajaan di dalam tubuh, Jikalau lalim segala anggota tubuh pun rubuh
Apabila dengki sudah bertanah, Datanglah daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir, Di situlah banyak orang yang tergelincir
Pekerjaan marah jangan dibela, Nanti hilang akal di kepala
Jika sedikitpun berbuat bohong, Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung
Tanda orang yang amat celaka, Aib dirinya tiada ia sangka
Bakhil jangan diberi singgah, Itulah perompak yang amat gagah
Barang siapa yang sudah besar, Janganlah kelakuannya membuat kasar
Barang siapa perkataan kotor, Mulutnya itu umpama ketur
Di manakah salah diri, Jika tidak orang lain yang berperi

Pasal Kelima (5) Gurindam 12
Jika hendak mengenal orang berbangsa, Lihat kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, Sangat memeliharakan yang sia-sia
Jika hendak mengenal orang mulia, Lihatlah kepada kelakuan dia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu, Bertanya dan belajar tiadalah jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal, Di dalam dunia mengambil bekal
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai, Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai

Pasal Keenam (6) Gurindam 12
Cahari olehmu akan sahabat, Yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akan guru, Yang boleh tahukan tiap seteru
Cahari olehmu akan isteri, Yang boleh menyerahkan diri
Cahari olehmu akan kawan, Pilih segala orang yang setiawan
Cahari olehmu akan abdi, Yang ada baik sedikit budi

Pasal Ketujuh (7) Gurindam 12
Apabila banyak berkata-kata, Di situlah jalan masuk dusta
Apabila banyak berlebih-lebihan suka, Itu tanda hampirkan duka
Apabila kita kurang siasat, Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tidak dilatih, Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencacat orang, Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur, Sia-sia sajalah umur
Apabila mendengar akan kabar, Menerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan, Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut, Lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar, Lekaslah orang sekalian gusar
Apabila pekerjaan yang amat benar, Tidak boleh orang berbuat onar

Pasal Kedelapan (8) Gurindam 12
Barang siapa khianat akan dirinya, Apalagi kepada lainnya
Kepada dirinya ia aniaya, Orang itu jangan engkau percaya
Lidah suka membenarkan dirinya, Daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar, Biar daripada orang datangnya kabar
Orang yang suka menampakkan jasa, Setengah daripadanya syirik mengaku kuasa
Kejahatan diri disembunyikan, Kebajikan diri diamkan
Ke’aiban orang jangan dibuka, Ke’aiban diri hendaklah sangka

Pasal ke Sembilan (9) Gurindam 12
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan, Bukannya manusia yaitulah syaitan
Kejahatan seorang perempuan tua, Itulah iblis punya penggawa
Kepada segala hamba-hamba raja, Di situlah syaitan tempatnya manja
Kebanyakan orang yang muda-muda, Di situlah syaitan tempat bergoda
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan, Di situlah syaitan punya jamuan
Adapun orang tua(h) yang hemat, Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru, Dengan syaitan jadi berseteru

Pasal ke Sepuluh (10) Gurindam 12
Dengan bapa jangan derhaka, Supaya Allah tidak murka
Dengan ibu hendaklah hormat, Supaya badan dapat selamat
Dengan anak janganlah lalai, Supaya boleh naik ke tengah balai
Dengan kawan hendaklah adil, Supaya tangannya jadi kapil

Pasal ke-11 (sebelas) Gurindam 12
Hendaklah berjasa,  Kepada yang sebangsa
Hendak jadi kepala, Buang perangai yang cela
Hendaklah memegang amanat, Buanglah khianat
Hendak marah, Dahulukan hujjah
Hendak dimulai, Jangan melalui
Hendak ramai, Murahkan perangai

Pasal ke-12 (Dua Belas) Gurindam 12
Raja mufakat dengan menteri, Seperti kebun berpagarkan duri
Betul hati kepada raja, Tanda jadi sebarang kerja
Hukum adil atas rakyat, Tanda raja beroleh inayat
Kasihkan orang yang berilmu, Tanda rahmat atas dirimu
Hormat akan orang yang pandai, Tanda mengenal kasa dan cindai
Ingatkan dirinya mati, Itulah asal berbuat bakti
Akhirat itu terlalu nyata, Kepada hati yang tidak buta

----------------------
Tamatlah gurindam yang dua belas pasal karangan Raja Ali Haji pada tahun Hijrah Nabi kita seribu dua ratus enam puluh tiga (1263) kepada tiga likur hari bulan Rajab Selasa lima Negeri Riau Pulau Penyengat.


Keterangan:
Bakhil           ; kikir atau pelit
Balai             : rumah tempat menanti raja (di antara kediaman raja-raja)
Bachri           : hal mengenai lautan (luas)
Berperi         : berkata-kata
Cindai          : kain sutra yang berbunga-bunga
Damping      : dekat, karib, atau akrab
Fi’il              : tingkah laku, perbuatan
Hujjah          : tanda, bukti, atau alasan
Inayat           : pertolongan atau bantuan
Kafill            : majikan atau orang yang menanggung kerja
Kasa             : kain putih yang halus
Ketor            : tempat ludah (ketika makan sirih), peludahan
Ma’rifat        : tingkat penyerahan diri kepada Tuhan yang setahap demi setahap sampai pada tingkat keyakinan yang kuat
Menyalah     : melakukan kesalahan
Mudarat       : sesuatu yang tidak menguntungkan atau tidak berguna
Pekong         : (pekung) penyakit kulit yang berbau busuk
Penggawa    : kepala pasukan, kepala desa
Perangai      : sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatan
Senonoh       : perkataan, perbuatan, atau penampilan yang tidak patut (tidak sopan)
Tegah           : menghentikan
Teperdaya    : tertipu
Termasa       : tamasya

Source:
http://wacana-bahasa.blogspot.com/2011/10/gurindam-12-karya-raja-ali-haji.html
http://kelasmayaku.wordpress.com/2010/10/21/gurindam-12-raja-ali-haji/

Contoh Puisi

Minggu, 04 November 2012

KEHILANGAN
buah Karya: Citra


Sebait nyanyian pilu berdentang
Pahit seakan datang, datang, dan terus datang tanpa ingin beranjak
Getir menyambut bahagia hati yang mulai lelah
Satu demi satu kupejamkan kedua mataku
Hanya bayangan hitam yang dapat aku nikmati
Kurasakan tiap tiap tarikan nafas yang kuhirup
Berat.. Tarikan nafas itu kini semakin panjang dan berat
Betapa menyesakkan ketika aku melihat satu dua langkah kau pergi dariku
Derap langkahmu begitu pasti seakan tak ada beban
Pandanganmu tetap lurus walau kau tahu betapa aku menahanmu
Kau tinggalkan aku....
Guratan wajah sedih menghiasi
namun kau tetap bergeming menjauh pergi
Aku bisu... Aku terpaku
Bukankah hidup adalah pilihan?
Namun kini kau buat aku tak punya pilihan
Sesuatu yang menerbangkanku, lalu dengan cepat menjatuhkan aku 
Dan sekarang....
Kau tinggalkan aku...